…Dengan menjadi seorang muslim, berarti Allah meninggikan jiwa kita dan mengarahkan kita kepada sebuah tujuan hidup yang benar… Akan tetapi untuk menjadi seorang muslim yang sejati butuh pengorbanan. hal itu yang membuat umat islam tak mampu memposisikan peranan dikehidupannya, sehingga tercoreng martabat kemuslimannya sendiri...
Yaaa Rabb....
Always keep me in the truth....Menjadi seorang hamba yang diridlai Allah adalah dambaan setiap orang Islam. Untuk mencapai tujuan itu tidaklah mudah, sebab Allah telah menyiapkan serangkaian ujian. Siapa yang lulus, dialah hamba yang sukses. Ujian demi ujian akan selalu menyertai setiap muslim untuk menentukan siapa yang benar atau sungguh-sungguh dan siapa yang hanya pura-pura. Ujian juga untuk menentukan peringkat setiap hamba Allah dihadapan Allah. Bukankah surga itu bertingkat-tngkat, dan bukankah neraka itu bertingkat-tingkat pula.
Lalu apa yang harus dilakukan oleh kita semua agar kita dapat mencapai tujuan kita. Kita harus menjadi pribadi muslim yang sejati. Menjadi pribadi muslim yang senantiasa menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya. Pribadi yang ketika dating perntah Allah dan Rasul-Nya mereka mengatakan “kami dengar dan kami taat”. Tentu saja untuk menjadi pribadi yang seperti itu kita harus berilmu. Tanpa ilmu kita akan tersesat. Bisa jadi kita nanti beranggapan bahwa sesuatu tu perintah Allah dan Rasul-Nya, padahal itu bukan.
Ada beberapa karakteristk pribadi seorang muslm yang sejati, yaitu:
1. Aqidah yang bersih)
“Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku, semua bagi ALLAH tuhan semesta alam” (QS. Al-An’aam [6]:162).
2. Ibadah yang benar)
Rasulullah SAW bersabda: “Shalatlah kamu sebagaimana melihat aku shalat”.
Dari ungkapan ini maka dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan setiap peribadatan haruslah merujuk kepada sunnah Rasul SAW yang berarti tidak boleh ada unsur penambahan atau pengurangan.
3. Akhlak yang kokoh
Rasulullah SAW diutus untuk memperbaiki akhlak dan beliau sendiri telah mencontohkan kepada kita akhlaknya yang agung sehingga diabadikan oleh ALLAH SWT di dalam Al Qur’an. ALLAH berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung” (QS. Al-Qalam [68]:4).
4. Kekuatan jasmani
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Mukmin yang kuat lebih aku cintai daripada mukmin yang lemah. (HR. Muslim)
5. Intelek dalam berfikir)
“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang lebih dari keperluan”. Demikianlah ALLAH menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir” (QS. Al-Baqarah [2]: 219)
ALLAH SWT berfirman yang artinya: Katakanlah: “samakah orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui?”‘, sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (QS. Az-Zumar [39]: 9)
6. Berjuang melawan hawa nafsu
. Rasulullah SAW bersabda yang artinya:
“Tidak beriman seseorang dari kamu sehingga ia menjadikan hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa (ajaran Islam)” (HR. Hakim)
7. Pandai menjaga waktu
8. Teratur dalam suatu urusan)
9. Memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri
10. Bermanfaat bagi orang lain
Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (HR. Qudhy dari Jabir)
Nah untuk mengnternalisasi ke sepuluh ciri tersebut, seorang muslim harus senantiasa meningkatkan kualitas iman, ilmu dan amal setiap saat. Disini roh, akal dan pemimpin sangat berperan dalam menciptakan pribadi-pribadi yang shaleh dan shalehah. Roh berperanan dalam soal iman. Roh melibatkan soal kepercayaan dan keyakinan. Tentang akidah dan pegangan. Tentang keimanan kepada Tuhan dan hari Akhirat. Tentang rasa cinta dan takut dengan Tuhan.
Namun kalau peranan roh saja yang wujud tanpa ada peranan akal dan kepimpinan, maka seseorang itu akan menjadi fanatik. Dia akan menjadi taksub secara membuta. Perasaannya tidak seimbang dan sukar untuk dikawal. Dia ingin bertindak, beramal dan membuat sesuatu tetapi tidak tahu bagaimana dan apa caranya. Pertimbangannya juga tidak seimbang dan berat sebelah. Dia akan menjadi orang yang berjiwa tetapi kaku. Dia mau bergerak tetapi tidak tahu bagaimana hendak menyusun langkah.
Akal berperanan dalam soal ilmu. Ia berkait dengan penyampaian dan penerimaan ilmu. Tentang ta’alim atau pengajian. Tentang pembelajaran. Peranan akal membuat seseorang itu menjadi alim dan bepengetahuan. Namun kalau peranan akal saja yang wujud dan peranan roh dan kepimpinan tidak ada, maka seseorang itu akan menjadi ahli ilmu yang tidak cinta dan tidak takut dengan Tuhan. Yang tidak ada cita-cita akhirat.
Kepimpinan melibatkan didikan, panduan, contoh dan suri teladan. Tentang bagaimana ilmu itu dapat dan patut diamalkan. Tentang siapa yang patut dicontohi dalam mengamalkan ilmu. Tanpa ada pimpinan dari seorang pemimpin sebagai contoh atau model, sukar ilmu dapat difahami lebih-lebih lagi untuk diamalkan dan dihayati.
Oleh sebab itu sisi yang harus dibangun pada pribadi muslim meliputi aspek ruhiyah, akliyah dan amaliyah.
Ruhiyah (Ma’nawiyah)
Aspek ruhiyah adalah aspek yang harus mendapatkan perhatian khusus oleh setiap muslim. Sebab ruhiyah menjadi motor utama sisi lainnya, hal ini bisa kita simak dalam firman Allah SWT di Surat Asy-Syams : 7-10
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh sangat beruntung orang yang mensucikannya dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya,” (QS. Asy Syams: 7-10).
Aspek-aspek yang sangat terkait dengan ma’nawiyah seseorang adalah:
a. Aspek Aqidah. Ruhiyah yang baik akan melahirkan aqidah yang lurus dan kokoh, dan sebaliknya ruhiyah yang lemah bisa menyebabkan lemahnya aqidah. Padahal aqidah adalah suatu keyakinan yang akan mewarnai sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh sebab itu kalau ingin aqidahnya terbangun dengan baik maka ruhiyahnya harus dikokohkan. Jadi ruhiyah menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim karena dia akan mempengaruhi bangunan aqidahnya.
b. Aspek akhlaq. Akhlaq adalah bukti tingkah laku dari nilai yang diyakini seseorang. Akhlaq merupakan bagian penting dari keimanan. Akhlaq juga salah satu tolok ukur kesempurnaan iman seseorang. Terawatnya ruhiyah akan membuahkan bagusnya akhlaq seseorang. Allah swt dalam beberapa ayat senantiasa menggandengkan antara iman dengan berbuat baik. Rasulullah saw pun ketika ditanya tentang siapakah yang paling baik imannya ternyata jawab Rasulullah saw adalah yang baik akhlaqnya (“ahsanuhum khuluqan”)
c. Aspek tingkah laku. Tingkah laku adalah cerminan dari akhlaq yang melekat pada diri seseorang….
Fikriyah (‘Aqliyah)
Kepribadian Islami juga ditentukan oleh sejauh mana kokoh dan tidaknya aspek fikriyah. Kejernihan fikrah, kekuatan akal seseorang akan memunculkan amalan, kreativitas dan akan lebih dirasa daya manfaat seseorang untuk orang lain. Fikrah yang dimaksud meliputi:
a. Wawasan keislaman. Sebagai seorang muslim menjadi keniscayaan bagi dia untuk memperluas wawasan keislaman. Sebab dengan wawasan keislaman akan memperkokoh keyakinan keimanan dan daya manfaat diri untuk orang lain.
b. Pola pikir islami. Pola pikir islami juga harus dibangun dalam diri seorang muslim. Semua alur berpikir seorang muslim harus mengarah dan bersumber pada satu sumber yaitu kebenaran dari Allah swt. Islam sangat menghargai kerja pikir ummatnya. Di dalam al-Qur’an pun sering kita jumpai ayat ayat yang menganjurkan untuk berpikir: “afala ta’qiluun, afala tatafakkaruun, la’allakum ta’qiluun, la’allakum tadzakkaruun,”
c. Disiplin (tepat) dan tetap (tsabat) dalam berislam. Sungguh kehidupan ini tidak terlepas dari ujian, rintangan dan tantangan serta hambatan. Ujian tersebut tidak akan berakhir sebelum nafasnya berakhir. Oleh sebab itulah untuk menghadapinya perlu tsabat dalam berpegang pada syariat Allah swt.
“dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).” (QS. Al-Hijr: 99)
Amaliyah (Harokiyah)
Di antara sisi yang harus dibangun pada pribadi muslim adalah sisi amaliyahnya. Amaliyah harakiah yang merubah kehidupan seorang mukmin menjadi lebih baik. Hal ini penting sebab amaliyah adalah satu di antara tiga tuntutan iman dan Islam seseorang. Tiga tuntutan tersebut adalah: al-iqror bil- lisan (ikrar dengan lisan), at-tashdiq bil-qalb ( meyakini dengan hati), dan al-amal bil jawarih (beramal dengan seluruh anggota badan). Jadi tidak cukup seseorang menyatakan beriman tanpa mewujudkan apa yang diyakininya dalam bentuk amal yang nyata.
“Maka katakanlah “beramallah kamu niscaya Allah dan RasulNya serta orang-orang beriman akan melihat amalanmu itu. Dan kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. at-Taubah: 105)
Satu hal yang harus selalu diingat bahwa kita tidak akan menjadi pribadi muslim yang baik jika kita bekerja secara sendiri-sendiri. Kita hanya bisa jika kita membangun secara bersama-sama di bawah kepemimpinan yang amanah. Saling memberi dan menerima. Saling ingat dan mengingatkan dalam kebenaran. Saling sabar dan menyabarkan.